A. Latar belakang
Bawang merah dan bawang putih merupakan komoditas sayuran yang sudah
sejak lama di usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian
ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan
kontribusi cukup tinggiterhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah.
Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan
budidayabawang merah dan bawang putih telah menyebar hampir di setiapn
provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang merah
dan bawang putihcukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih
ditemui berbagai kendala. Baiak yang bersifat teknis maupun ekonomis.
B. Kajian pustaka
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput, berbatang
pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti pipa.
Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh
karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah
mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena
kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram
inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk
bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang
merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah
dengan tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji9
yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono,
2004)
Rotasi tanaman bawang merah dengan padi setahun sekali dan dengan tebu
tiga tahun sekali (seperti di kabupaten brebes) cukup baik dan sangat
membantu mempertahankan produktivitas lahan. Untuk menjaga kelestarian
produktivitas dari lahan, lahan tidak boleh dibiarkan mempunyai
salinitas yang tinggi dan drainase yang jelek.
Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan
optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini
umumnya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang
tinggi serta keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah
membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70%
penyinaran), suhu udara 25º-32ºC serta kelembaban nisbi yang rendah
(Sutaya et al, 1995)
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu bahantanam berupa
biji botani dan umbi bibit. Pada skala penelitian, perbanyakan bawang
merah dengan biji mempunyai prospek cerah karena memiliki beberapa
keuntungan (kelebihan) antara lain : keperluan benih relatif sedikit ±3
kg/ha, mudah didistribusikan dan biaya transportasi relatif rendah, daya
hasil tinggi serta sedikit mengandung wabah penyakit. Hanya saja
perbanyakan dengan biji memerlukan penanganan dalam hal pembibitan di
persemaian selama ± 1 bulan setelah itu bisa dibudidayakan dengan cara
biasa ( Rukmana,1994)
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik
untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang
hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat
bawang. Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir
dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain
itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara
memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di
Brebes disebut melem) (Prabowo, 2007)
C. Pelaksanaan Kegiatan
a) Persiapan
Persiapan benih
Kualitas bibit merupakan faktor penentu hasil tanaman. Tanaman yang
dipergunakan sebagai bibit harus cukup tua. Yaitu berkisar antara 70-80
hari setelah tanam. Bibit kualitas baik adalah berukuran sedang, sehat,
keras dan permukaan kulit luarnya licin/ mengkilap. Bibit yang terlalu
kecil pertumbuhannya kurang vigor dan hasilnya sedikit sedangkan umbi bibit yang besar harganya terlalu mahal.
Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Umbi bibit yang
baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi
masih ada daunnya). Penyimpanan yang baik dan biasa dilakukan oleh
petani adalah dengan menyimpan diatas para-para dapur atau disimpan di
gudang. Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak
(tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau).
Benih yang dianjurkan adalah Kuning, Bima Brebes, Bangkok, Kuning
Gombong, Klon No. 33, Klon No. 86 untuk dataran rendah. Sedangkan untuk
dataran medium dan dataran tinggi disarankan memakai benih Sumenep,
Menteng, Klon No. 88, Klon No. 33, Bangkok2.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang cocok
dan gembur untuk budidaya bawang merah. Pengolahan tanah umumnya
diperlukan untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan umbi dari
bawang tidak terhambat karena sifat fisika tanah yang kurang optimal.
Pengolahan tanh juga dilakukan untuk memperbaiki drainase, meratakan
permukaan tanah dan mengendalikan gulma.
Pada lahan kering, tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20 cm, kemudian
dibuat bedengandengan lebar 1,2 meter tinggi 25 cm sedangkan panjangnya
tergantung dengan kondisi lahan. Bedeng dibuat mengikuti arah timur dan
barat agar persebaran cahaya optimal. Seluruh proses pengolahan tanah
ini membutuhkan waktu kira-kira 3-4 minggu.
Pada lahan yang masam dengan pH kurang dari 5,6 disarankan pemberian
dolomit minimal 2 minggu setelah tanam dengan dosis 1-1,5 ton/ha/tahun.
Peningkatan pH ini penting untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara Ca
(kalsium) dan magnesium (Mg), terutama pada lahan –lahan yang
diusahakan secara intensif karena unsur Ca dan Mg sulit tersedia dalam
kondisi masam.
Pemberian pupuk dasar
Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah pengolahan tanah. Pupuk dasar
yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti pupuk
kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau pupuk kandang ayamdengan
dosis 5-6 ton/ha. Selain itu digunakan juga pupuk P (SP-36) dengan dosis
200-250 kg/ha (70-90kg/ha P2O5). Yang diaplikasikan 2-3 hari sebelum
tanaman dengan cara disebar lalu diaduk secara merata dengan tanah.
Pemberian pupuk organik digunakan untuk memelihara dan meningkatkan
produktivitas lahan.
b) Penanaman
Umbi bibit ditanam dengan jarak tanam 20cmx15 cm atau 15cm x 15cm.
umbi tanaman bawang merah dimasukkan ke dalam lubang yang sebelumnya
dibuat dengan tugal. Lubang tanam dibuat sedalam umbi. Umbi dimasukkan
ke dalam tanah dengan seperti memutar sekerup. Penanaman diusahakan
jangan terlalu dalam karena umbi mudah mengalami pembusukan. Setelah
proses penanaman selesai dilakukan penyiraman.
c) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tindakan-tindakan untu menjaga pertumbuhan tanaman.
Penyiraman
Tanaman bawnag merah tidak menghendaki banyak hujan karena umbi dari
bawang merah mudah busuk, akan tetapi selama pertumbuhannya tanaman
bawang merah tetap membutuhkan air yang cukup. Oleh karena itu, lahan
tanam bawang merah perlu penyiraman secara intensif apalagi jika
pertanaman bawang merah terletak di lahan bekas sawah. Pada musim
kemarau tanaman bawang merah memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya
satu kali sehari sejak tanam sampai menjelang panen.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati / sakit dengan
mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Hal ini dilakukan
agar produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi
keseragaman umur tanaman.
Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan disini nomerupakan pemupukan susulan setelah
tanaman tumbuh. Pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan
pupuk N dan K pada saat tanaman berumur 10-15 harisetelah tanam.
Pemupukan susulan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan
setelah tanam ½ dosis pupuk N 150-200 kg/ha dan K 100-200 kg KCl/ha.
Pupuk K diaplikasikan bersama-sama dengan pupuk N dalam larikan atau
dibenamkan ke dalam tanah. Untuk mencegah kekurangan unsur mikro dapat
digunakan pupuk pelengkap cair yang mengandung unsur mikro.
Pengelolaan hama dan penyakit
Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain
ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak ungu
(Alternaria porli), busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum, busuk
daun Stemphylium dan virus.
1. Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura),
Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan
bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan
ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur
dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang
ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.
Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera
exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur dan
ulat lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid seks) ulat
bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama
dengan 5 % per rumpun atau telah ditemukan 1
paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida
efektif, misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau
Florbac.
2. Ulat tanah, ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik
tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya.
Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa
tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya.
3. Trip (Thrips sp.) Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya
bercak putih beralur pada daun. Penanganannya dengan penyemprotan
insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC.
4. Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit
layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya
daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler).
Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang
jauh Preventif kendalikan dengan GLIO.
5. Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun menguning, daun
terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian,
tanaman dicabut dan dimusnahkan.
6. Penyakit otomatis atau antraknose gejalanya bercak putih pada daun,
selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun
patah atau terkulai. Untuk mengatasinya, semprot dengan fungisida
Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP.
7. Penyakit trotol ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik
pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain Antracol 70
WP, Daconil 70 WP, dll untuk membasminya.
d) Pemanenan
Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur
80-70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda
60% leher batang lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Pemanenan
sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk
menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi pada saat umbi disimpan.
e) Pasca panen
Bawang merah yang sudah dipenen kemudian diikat pada batangnya untuk
mempermudah penanganan. Selanjutnya umbi dijemur hingga cukup kering
(1-2 minggu) dibawah sinar matahari langsung kemudian dilakukan dengan
pengelompokan (grading) sesuai dengan ukuran umbi. Pada penjemuran tahap
kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah dan kotoran. Bila
sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 80 %), umbi bawang merah siap
dipasarkan atau disimpan di gudang kemasan bawang. Pengeringan juga
dapat dilakukan dengan alat pengering khusus sampai mencapai kadar air
80%.
Bawang merah dapat disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan
bawang merah di gudang khusus pada suhu 25-30 °C dan kelembaban yang
cukup rendah untuk menghindari penyakit busuk umbi dalam gudang.
CARA BUDIDAYA BAWANG MERAH SECARA ORGANIK
Dengan terjadinya krisis pupuk yang harganya menjadi mahal bahkan ada
yang naik 3 kali llipat sehingga petani tidak mampu membelinya. Biaya
untuk bertanam menjadi semakin tinggi sedangkan hasilnya yang diperoleh
semakin lama semakin berkurang. Sehingga kerugian sering menerpa para
petani kita. Maka harus di cari jalan keluar agar biaya tanam yang murah
tapi hasil yang diperoleh semakin bagus, banyak dan berkualitas baik.
Sebenarnaya teknik budidaya dengan sistem organik sudah lama diterapkan,
tetapi terkikis dengan adanya pupuk pestisida. nah dengan harga pupuk
yang semakin mahal dan semakin langka adanya, maka pilihannya dengan
kembali denagan memnggunakan pupuk organik. selain hasil yang bagus
tetntusaja biaya yang dikeluarkan semakin sedikit. yang paling penting
adalah ramah lingkungan.
Menanam Bawang Merah Secara Organik
Tanah dicangkul agak dalam dan rumputnya diambil (kebruk kalet: bahasa petani Batu), selanjutnya digulut dengan lebar 80 cm.
Guludan ditaburi pupuk kandang
Pupuk kandang ditutup dengan tanah dan permukaan guludan dibuat rata.
Pada musim penghujan permukaan guludan dibuat agak lebih tinggi agar
tidak terendam air hujan. Tinggi guludan pada musim kemarau 30 cm dan
musim hujan 40 cm.
Bibit yang sudah
siap kemudian ditanam pada guludan (diponjo) dengan jarak 20 cm,
kemudian ditutup menggunakan daun pahit-pahitan (daun yang rasanya
pahit).
Tahap selanjutnya adalah penyiangan, menggemburkan tanah dan menguruk tanaman tipis-tipis sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
Pemberantasan hama dan penyakit menggunakan rendaman daun pahitan dan bawang putih.
Setelah cukup umur tanaman dicabut, diikat dan selanjutnya disiger.
Hasil yang Diperoleh
Penanaman pada waktu musim kemarau (dengan disiram), dengan bibit sebanyak 15 kg menghasilkan panen sebanyak 60 kg.
Penanaman pada musim hujan, dengan bibit sebanyak 50 kg menghasilkan panen sebanyak 200 kg.
Kendala dan Manfaat
Selama proses penanaman berlangsung selalu dibayangi keraguan karena
seolah-olah menentang arus, meskipun dengan sistem pertanian organik
berarti mengikuti hukum alam.
Paguyuban belum mampu memasarkan hasil panen sehingga terpaksa saya menjualnya seharga produk konvensional.
Kesimpulan
Bertani dengan sistem organik harus titen dan telaten sehingga pasti
panen. Dengan sistem pertanian organik biaya yang dikeluarkan rendah,
pengerjaan tanah mudah karena gembur. Sudah waktunya petani beralih
sistem, meninggalkan sistem konvensional yang merugi dan merusak
lingkungan, dengan sistem pertanian organik yang lestari.
0 comments:
Post a Comment